Proyek MRT
Jakarta & Resikonya
MRT
Jakarta, singkatan dari Mass Rapid Transit Jakarta atau Angkutan Cepat Terpadu
Jakarta (bahasa Inggris: Jakarta Mass Rapid Transit) adalah sebuah sistem
transportasi transit cepat yang sedang dibangun di Jakarta. Proses pembangunan
telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan diperkirakan selesai pada tahun
2018.
A. Latar
Belakang Pembangunan MRT di Jakarta
Jakarta adalah ibu kota Indonesia,
menyimpan lebih dari 9 juta jiwa. Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta
penduduk daerah sekitar Jabodetabek perjalanan ke dan dari kota setiap hari
kerja. Masalah transportasi semakin mulai menarik perhatian politik dan telah
meramalkan bahwa tanpa terobosan transportasi utama, kemacetan akan membanjiri
kota itu menjadi kemacetan lalu lintas lengkap pada tahun 2020.
Sejak tahun 1980 lebih dari dua
puluh lima studi subjek umum dan khusus telah dilakukan terkait dengan
kemungkinan Mass Rapid Transit (MRT) sistem di Jakarta. Salah satu alasan utama
untuk penundaan dalam menanggulangi masalah adalah krisis ekonomi dan politik
1997-1999. Sebelum krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) dianggap sebagai
bagian dari MRT baru melakukan keterlibatan sektor swasta. Setelah krisis,
rencana mengandalkan BOT untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan
proyek MRT itu lagi diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.
Transportasi umum saat ini di
Jakarta hanya melayani 56% perjalanan yang dilakukan oleh komuter sehari-hari.
Angka ini sangat perlu untuk dibesarkan sebagai tingkat kota 9,5% rata-rata
tahunan pertumbuhan kendaraan bermotor jauh melebihi kenaikan 0,01% panjang
jalan antara 2005 dan 2010.
Transportasi umum sekarang terutama
terdiri dari berbagai jenis bus, mulai dari bemo sangat kecil dan mikrolet
berukuran pickup, minibus untuk sedikit lebih besar seperti banyak digunakan
MetroMini dan Kopaja minibus, dan penuh berukuran kota bus, sistem angkutan
cepat bus Transjakarta. Terdapat juga taksi dengan roda dua dan empat serta
sistem Kereta Commuter Jabodetabek.
B. Jalur
dan Rute
Jalur MRT
Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari
Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8
km dan Koridor Timur – Barat sepanjang
±87 km.
·
Jalur
Utara – Selatan
Jalur
Selatan-Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan
menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta
Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan.
-
Tahap
I (Lebak Bulus - Bundaran HI)
Tahap
I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan
Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun
bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013 dan
rencananya akan dioperasikan mulai tahun 2018.
-
Tahap
II (Bundaran HI - Kampung Bandan)
Tahap
II akan melanjutkan jalur Selatan - Utara dari Bundaran HI sampai dengan
Kampung Bandan sepanjang 8.1 km. Tahap II akan mulai dibangun tahap I
beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah
selesai.
·
Jalur
Barat - Timur
Jalur
Barat - Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini
ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027.
C. Pembangunan
Kemajuan
tahap pertama didanai melalui pinjaman oleh Bank Jepang untuk Kerjasama
Internasional (JBIC), sekarang bergabung ke Japan International Cooperation
Agency (JICA). Jumlah pinjaman IP adalah 536 (ditandatangani November 2006)
untuk jasa rekayasa. Pinjaman jasa rekayasa adalah pinjaman pra-konstruksi
untuk mempersiapkan tahap konstruksi. Terdiri dari:
·
Paket
Desain dasar, dikelola oleh DGR (Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Departemen
Perhubungan)
·
Manajemen
dan paket Operasi, dikelola oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Jakarta)
·
Bantuan
pembangunan dalam tender, dikelola oleh PT MRT Jakarta.
Pada tanggal 31 Maret 2009,
Perjanjian Kredit 2 (LA2) untuk jumlah 48.150 miliar Yen untuk membangun Sistem
MRT Jakarta telah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Duta
Besar Indonesia untuk Jepang) dan JICA di Tokyo, Jepang. Pinjaman ini akan
diteruskan dari Pemerintah Nasional untuk Administrasi Jakarta City sebagai
hibah (on-perjanjian penerusan hibah). Setelah penandatanganan perjanjian
pemberian untuk LA2, Pemprov DKI akan mengusulkan dua perjanjian pinjaman lain
untuk LA3 dan LA4 ke pemerintah pusat. Proposal ini akan menjadi kesepakatan
pinjaman untuk pemerintah daerah. Jumlah total LA3 dan LA4 ditujukan sebagai
pinjaman oleh pemerintah daerah adalah sekitar ¥ 71 Miliar. Jumlah ini
didasarkan pada kemajuan, hasil dan serapan LA2. Paket pinjaman total dari JICA
untuk pengembangan sistem MRT Jakarta bernilai total ¥ 120 miliar.
Bekerja pada desain dasar untuk
tahap pertama dari versi saat proyek dimulai pada akhir 2010. Proses tender
berlangsung pada akhir 2012 ketika gubernur baru Jakarta, Joko Widodo,
tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin review proyek. Setelah beberapa bulan
ketidakpastian, gubernur Joko Widodo mengumumkan bahwa proyek akan pergi ke
depan. Dia terdaftar sebagai salah satu proyek prioritas dalam anggaran kota
Jakarta untuk 2013.
Pada bulan September 2012, DMRC
Delhi Metro mengumumkan bahwa mereka telah diberikan pekerjaan 'Manajemen Jasa
Konsultasi' dari sistem MRT Jakarta oleh pemerintah Indonesia. Ini akan menjadi
proyek pertama DMRC'S luar India. DMRC akan bekerja sebagai bagian dari usaha
patungan dengan 8 perusahaan internasional lainnya termasuk Padeco dan
Konsultan Oriental, PT Ernst and Young Advisory Services, PT Indotek Teknik
Jaya, PT Pamintori Cipia, Manajemen Lambaga dan PT Public Private Partnership
dari Indonesia dan Seneca Group DMRC telah menyatakan bahwa tanggung jawab
utama dalam JV akan menjadi "finalisasi struktur organisasi Metro Jakarta,
perekrutan personil, pembangunan sarana pelatihan dan pelatihan. karyawan untuk
berbagai kategori diperlukan untuk memulai operasi ". Konstruksi fisik
diharapkan dimulai pada tahun 2013 dan garis diharapkan akan beroperasi pada
2017.
Pada tanggal 1 Juni 2013, pertama 3
kontrak sipil untuk bagian bawah tanah 9,2 km ditandatangani. 3 kontrak yang
dimenangkan oleh 2 konsorsium yang terpisah dari perusahaan Jepang dan
Indonesia. 3 kontrak pekerjaan sipil untuk bagian ditinggikan dari garis
diharapkan akan ditandatangani pada kuartal ke-3 tahun 2013. Kerja diharapkan
akan dimulai pada Oktober 2013.
D. Resiko
1.
Berpotensi
proyek akan terlambat terkait dengan pembebasan lahan untuk pembangunan jalur
MRT.
2.
Berpotensi
terjadinya pembengkakan biaya pembangunan yang di butuhkan.
3.
Keselamatan
para pekerja juga menjadi salah satu resiko yang utama karena pembangunan
menggunakan banyak alat besar.
E. Tanggapan
& Komentar
Menurut
saya proyek dari MRT jakarta ini memiliki sisi positif maupun negatif, dari
sisi negatif proses dari pembangunan proyek ini sendiri sangat membutuhkan
biaya anggaran sangat besar, bahkan biaya pembangunan jalur MRT per
kilometernya di jakarta lebih mahal di banding saat singapore membuat jalur
MRT, belum lagi persoalan pembebasan lahan untuk lahan pembangunan bisa
terhambat oknum – oknum tertentu, juga dampak dari proses pembangunan MRT ini
di sekitarnya membuat kemacetan yang sangat padat, selain itu jalanan di
sekitar pembangunan menjadi sangat rusak. Positifnya jika pembangunan MRT
terselesaikan tepat waktu, maka masalah utama di jakarta, yaitu kemacetan dapat
dikurangi, sehingga jalanan lebih lancar, hanya tinggal membangunkan kesadaran
masyarakat untuk sering menggunakan transportasi publik, selain itu juga MRT
ini dapat menjadi transportasi yang efisien selain dari kereta jabodetabek yang
tiap harinya selalu penuh.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar