All About World

Sabtu, 16 Januari 2016

Mengenal Pasukan Khusus TNI AL : DENJAKA


Hallo teman semua, saya akan membawa kalian untuk mengenal salah satu dari pasukan elite khusus dari TNI AL yang bernama Detasmen Jala Mngkara (DENJAKA). DENJAKA merupakan salah satu dari lima pasukan elite khusus yang ada di indonesia yaitu :

1. DENBRAVO-90 : (1 Prajurit DENBRAVO-90 = 5 Prajurit TNI) 
2. KOPASSUS : (1 Prajurit KOPASSUS = 8 Prajurit TNI) 
3. KOPASKA : (1 Prajurit KOPASKA = 24 Prajurit TNI)
4. YONTAIFIB : (1 Prajurit YONTAIFIB = 24 Prajurit TNI)
5. DENJAKA : (1 Prajurit DENJAKA = 120 Prajurit TNI)

1 Prajurit DENJAKA = 120 Prajurit TNI, WOW? kenapa bisa begitu? mari kita cari tahu..

Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI yang menempati Hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI-AL. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka merupakan satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL.

Prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.


Mari kita lihat lebih jelas di bawah, gimana pendidikan, tugasnya, serta keahlian apa aja yang dimiliki oleh satuan Denjaka ini.

Sejarah Pasukan Khusus Denjaka




Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.

Pasukan Khusus AL

Pada tanggal 4 November 1982, KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.

Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.

Detasemen Jala Mangkara

Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.


Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan US Navy SEAL.

Kemampuan





Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.

Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.


Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).

Suud Rusli

Mantan anggota Marinir yang sudah 2x berhasil kabur dari sel tahanan POM Lantamal II Jakarta merupakan salah seorang penyandang baret Denjaka. Karena itu, untuk meringkus Suud yang telah membunuh Direktur PT Asaba Boediharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli 2003 Jajaran pimpinan TNI Angkatan Laut mengerahkan hampir satu peleton tim gabungan.
TNI-AL sadar bahwa Suud adalah salah seorang prajurit Denjaka yang mempunyai kemampuan luar biasa, dan memiliki keahlian dalam menembak jitu. Sebagai anggota Denjaka, dia mempunyai pengalaman dalam berbagai operasi khusus. Untuk melukiskan kemampuan Denjaka, ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.

Menghadapi Suud bukanlah hal yang mudah karena dia mantan pasukan khusus yang mempunyai kemampuan lebih dari pada prajurit Marinir biasa. Itulah gambaran bahwa lulusan pendidikan Denjaka disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempah melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat.Mantan anggota Marinir yang sudah 2x berhasil kabur dari sel tahanan POM Lantamal II Jakarta merupakan salah seorang penyandang baret Denjaka. Karena itu, untuk meringkus Suud yang telah membunuh Direktur PT Asaba Boediharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli 2003 Jajaran pimpinan TNI Angkatan Laut mengerahkan hampir satu peleton tim gabungan.
TNI-AL sadar bahwa Suud adalah salah seorang prajurit Denjaka yang mempunyai kemampuan luar biasa, dan memiliki keahlian dalam menembak jitu. Sebagai anggota Denjaka, dia mempunyai pengalaman dalam berbagai operasi khusus. Untuk melukiskan kemampuan Denjaka, ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.


Menghadapi Suud bukanlah hal yang mudah karena dia mantan pasukan khusus yang mempunyai kemampuan lebih dari pada prajurit Marinir biasa. Itulah gambaran bahwa lulusan pendidikan Denjaka disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempah melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat.

Pendidikan DENJAKA

Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan:

  1. Intelijen,
  2. Taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase
  3. Dasar-dasar spesialisasi
  4. Komando kelautan dan keparaan lanjutan

Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti pendidikan.



Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.

Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup.



Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan.

Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.

Sedikit kisah tentang prajurit DENJAKA.

Pada waktu konflik ambalat pertama kali tahun lalu,ada cerita yang cukup menarik mengenai aksi tentara kita terhadap kapal patroli malaysia. Pada saat itu di perairan karang unarang ambalat, kita sedang membangun mercu suar sebagai bukti kedaulatan kita disana. Pembangunan mercu suar tersebut tidaklah mudah mengingat kapal malaysia sering mengganggu dengan sering mendekati mercu suar lalu mengerem mendadak sehingga ombak cukup besar menghantam mercu suar. Hal ini sangat menyulitkan para pekerja dalam menyelesaikan pembangunan. Sebenarnya di mercu suar tersebut ada dua tentara marinir yang berjaga dengan senjata lengkap dengan posisi senjata diarahkan pada Kapal Patroli Malaysia tersebut. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak mengingat tidak ada perintah menembak kecuali ditembak terlebih dahulu. Tentunya bisa dibayangkan betapa jengkelnya tentara kita melihat gangguan tersebut tanpa bisa berbuat apa-apa melihat para pekerja berbasah-basah dan nyaris jatuh ke laut terkena terjangan ombak kapal. Mereka berpikir kalau begini terus caranya kapan bisa selesai pembangunan mercu suar tersebut sementara mereka harus berjaga kepanasan, kehujanan dengan pemandangan laut sejauh mata memandang. Setelah kelelahan menganggu dengan ombak buatannya, Kapal Perang malaysia beristirahat di tengah laut dekat mercusuar. Sementara itu awak kapalnya tidur-tiduran dan duduk2 sambil baca koran di atas dek kapal. Terkejutnya mereka tiba-tiba di atas kapal sudah berdiri seorang tentara Indonesia dengan senjata mengarah pada mereka sambil membentak “siapa pemimpin disini”. Seseorang perwira kapal malaysia keluar dari kapal sambil mengangkat tangan “saya” jawabnya dengan sedikit gugup. “Pergi dari sini jauh jauh atau saya tembak” perintah Tentara Indonesia. Tanpa berpikir panjang Kapal Malaysia segera menarik sauh, menghidupkan Kapal dan menjauh dari Mercu suar. Sementara itu tentara kita langsung meloncat ke laut untuk kembali ke mercu suar. Sejak insiden tersebut tidak ada lagi kapal malaysia berani mendekat Mercu suar, sehingga pembangunan bisa lebih cepat. Kejadian ini sempat jadi pembicaraan hangat di Kota Tarakan dan sempat diberitakan pada koran lokal. Walaupun insiden ini cukup beresiko tapi masyarakat di perbatasan cukup mengapresiasi keberanian tentara tersebut. Berdasarkan cerita tersebut, menurut pemikiran saya Malaysia sebenarnya mengajak adu nyali tapi tidak ada niat untuk berperang. Saya merasa khawatir adu nyali ini diarahkan untuk tawaran perundingan yang akhirnya berujung kembali di Mahkamah Internasional seperti sipadan ligitan. Mengingat lobi-lobi Malaysia bisa dimainkan disana dan peluang mendapatkan ambalat bisa 50%:50%. Seharusnya Pemerintah jangan terpancing untuk berunding apalagi maju ke Mahkamah Internasional. Selesaikan saja secara fisik di perbatasan tersebut. Saya yakin tidak akan ada perang di ambalat kecuali hanya adu syaraf dan nyali. So… peluang Malaysia 0%.

Nahh.. begitu lah kawan kehebatan dari salah satu pasukan elite di negara kita tercinta ini. Kita harus bangga sebagai warna negara memiliki pahlawan seperti mereka. ^_^.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.

business

recent posts

health

random posts

vehicles

Popular Posts

Blogger templates